Mengintip Catatan Malaikat
Hari ini menjelang senja saya kedatangan tamu, sahabat saya sewaktu saya masih imut, masih bocah, duduk di teras rumah, ditemani 2 cangkir teh hangat dan combro buatan si mbok, saya dan dia bercengkrama tentang apa saja, mulai dari yang gak penting sampai yang super penting, dari soal kehidupan di dunia hingga kehidupan setelah dunia ini. Iya, sebagai orang beriman saya dan kita semua pasti menyakini bahwa akan ada masa hisab setelah kehidupan ini, pertanggungjawaban atas perbuatan yang kita lakukan di dunia ini.
Dan sahabat saya nyeletuk “De, kalau seandainya kita boleh ngintip catatan malaikat tentang dosa dosa kita, tentang catatan kehidupan kita lah, apa yang akan kita lakukan kira kira De“
Dan sungguh saya dibuat terbengong bengong oleh pertanyaan sahabat saya ini, iya yah apa yang akan terjadi andai saya boleh mengintip cacatan malaikat tentang amal dan dosa saya dari sejak aqil baliqh hingga saat ini? Yang pasti hanya akan ada dua kemungkinan, menangis atau tersenyum, iya menangis karena besarnya dosa dosa saya pastinya atau tersenyum karena ternyata saya bersih dari dosa, dan sebagai manusia GAK mungkin bersih :)
Oke lah kalau begitu, what’s about “Melihat Catatan Malaikat?” Sejak kecil guru mengaji saya mengajarkan bahwa ada dua malaikat yang selalu menjaga saya, mencatat setiap perbuatan saya, yang baik dan yang buruk, malaikat ini tidak pernah tidur, setiap perkataan saya dicatat, kemana kaki saya melangkah hari ini dicatat, dusta yang keluar dari mulut mungil saya dicatat, sms saya juga diintip untuk dicatat isinya apa . Sedekah saya hari ini yang saya lemparkan ke jejaring dipembangunan masjid dicatat, masuk uang seribu rupiah yang saya sembunyikan dari orang lain karena malu cuma bisa sedekah sedikit juga di catat, tak ada yang luput pokoknya semua TERCATAT.
Simple thing sebagai renungan “pernahkah kita merasa berat atau malas ketika hendak melaksanakan shalat?” jawabannya pasti “Pernah” atau bahkan mungkin “Sering”. Kemudian pernahkah kita memikirkan kebaikan apa yang telah kita lakukan hari ini untuk membuat hidup kita bermanfaat bagi manusia lain, mungkin jawabannya adalah “Jarang”, atau bahkan mungkin “Tidak pernah” saking egoisnya jadi cuma sibuk mikirin diri sendir, nah di dalam catatan malaikat itu niatpun dicatat, niat saya untuk shalat saja sudah ada dicatatan malaikat itu loh, niat puasa, niat jahilin sahabat saya, bahkan niat bohong kecatet tuh, semua, semua niat sudah tercatat, niat baik tercatat niat buruk apalagi
Sekarang saya mau coba mengingat ingat kira kira kalau saya boleh mengintip catatan malaikat itu, banyakan mana antara niat baik dan niat gak baik, besar mana perbuatan baik sayakah atau maksiat saya? ah tak sanggup rasanya membayangkannya. Lemes dan takut. Tapi kalo cuma takut doang gak berusaha memperbaiki catatan itu, gak ada artinya bukan?
Nah!! Kesadaran selalu datang belakangan namun tak ada kata terlambat, kini saya tersadar bahwa waktu tak akan pernah kembali untuk menghapus catatan malaikat atas yang telah terjadi dalam hidup saya itu mustahil terhapus, maka yang bisa saya lakukan adalah memperbanyak kebaikan agar ketika saya berpulang dan mengembalikan catatan kehidupan itu kepada pemilik jiwa saya maka telah penuh catatan kebaikan saya karena setiap hari, detik demi detik, bahkan disetiap helaan napas telah saya isi dengan kebaikan …
Nah masalahnya berapa lama lagi saya dititipi napas oleh ALLAH, jadi saya sudah harus memikirkan perbuatan apa yang RINGAN DI LISAN, BERAT DITIMBANGAN …
Dari Abu Hurairah: Rasulullah bersabda, “Ada dua buah kalimat yang ringan di lisan namun berat di dalam timbangan, dan keduanya dicintai oleh ar-Rahman, yaitu ‘Subhanallahi wabihamdihi, subhanallahil ‘azhim’.” (HR. Bukhari [7573] dan Muslim [2694])
“Wahai hamba ALLAH, sering-seringlah mengucapkan dua kalimat ini. Ucapkanlah keduanya secara kontinyu, karena kedua kalimat ini berat di dalam timbangan (amal) dan dicintai oleh ar-Rahman, sedangkan keduanya sama sekali tidak merugikanmu sedikitpun sementara keduanya sangat ringan diucapkan oleh lisan, ‘Subhanallahi wabihamdih, subhanallahil ‘azhim’. Maka sudah semestinya setiap insan mengucapkan dzikir itu dan memperbanyaknya.” (Syarh Riyadh as-Shalihin, 3/446).
Kemudian saya mau sedikit berhitung, berapa waktu yang saya perlukan untuk membaca kedua kalimat tersebut? kira-kira 4 detik. Dalam satu menit ada 60 detik, jadi berapa jumlah kalimat tersebut yang bisa saya ucapkan dalam satu menit? 60/4 = 15 kali setiap menit. Kalau sehabis shalat saya bertafakur selama 5 menit saja maka bisa di bayangkan 5 x 15 = 75 kali sudah kalimat ini saya ucapkan, dan tentunya saya tak bisa bayangkan beratnya kalimat tersebut pada timbangan Ar Rahman.
Banyangkan perjalanan dipagi hari yang menghabiskan waktu 1 jam, dan jika sepanjang waktu itu saya manfaatkan untuk dzikir, dan tak ada yang kelewat dari catatan malaikat, subhanallah…
Jadi apapun catatan yang kini dipegang malaikat, tak perlu penasaran lagi, yang penting mulai hari ini, detik ini catatan itu hanya berisi kebaikan, kebaikan dan kebaikan, STOP catatan maksiat disana, jangan jadi hamba yang bodoh dengan membiarkan catatan buruk disana, gak bisa di tip-ex loh
Subhanallah wabihamdih, subhanallahil ‘azhiim
(Mahasuci ALLAH dan Segala Puji bagi-NYA, Mahasuci ALLAH Yang Maha Agung)
sumber : http://rinduku.wordpress.com