Didalam Setiap Helaan
Didalam setiap hembusan napas kita, ada hak ALLAH
“Didalam setiap helaan napas saya ada hak ALLAH” Kalimat indah itu saya dapat dari guru tafakur saya malam ini, katanya “De, mari belajar bernapas secara sadar dan hadirkan ALLAH dalam setiap hembusan napas dengan melafalkan “Subhanallah” jujur saya takjub dengan kalimat ini, karena selama ini saya bernapas bas bus – bas bus hanya memasukan oksigen kedalam paru paru saya tanpa memasukan ALLAH ke dalamnya, padahal napas yang saya hembuskan adalah milik ALLAH, hak nya ALLAH, bayangkan ketika saya meminjam milik orang lain, hak orang lain, lalu saya gunakan sesuka saya bahkan saya lupa berterima kasih dengan sang pemiliknya, kira kira marah gak tuh pemiliknya?
Marah sih engga, tapi saya pasti dicuekin, emang enak dicuekin oleh ALLAH, nauzubillaimindzalik. Kemana lagi saya meminta kalau bukan kepada ALLAH, iya kemana lagi?
Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah apa hak ALLAH didalam napas saya? yaitu menghadirkan pemiliknya dan selalu mengingatnya. Lalu bagaimana menghadirkan ALLAH dalam setiap helaan napas saya agar tidak masuk dan keluar percuma, sia sia, harusnya saya sadar “bukankah semua titipan akan dimintai pertanggung jawaban oleh pemiliknya?” artinya ketika saya berpulang nanti, ALLAH sang pemilik napas akan bertanya “De, napas yang dititipkan dipergunakan untuk apa?”
Dan bayangkan pertanyaan itu diajukan di Mahkamah ALLAH yang tidak memiliki pengacara yang akan membela saya, di sana tak ada pula jaksa yang bisa saya bayar untuk meringankan hukuman saya, dan hakimnya adalah sang Maha Pemilik Keadilan yang gak bisa berkurang adilnya oleh kedipan mata saya
Sudah mulai ngelantur dari judul nih saya kembali bicara soal napas, enteng banget kan rasanya bernapas itu dan emang gak rumit untuk napas itu karena saya melakukannya secara tidak sadar, padahal ketika saya sadar begitu banyak bagian dari tubuh yang bergerak seiring dengan napas saya, maka saya akan takjub dengan sang pemiliknya mengingat sang pemilik akan mendekatkan saya dengan pemiliknya.
Kemudian apa cukup dengan mengingat “oh ya ternyata napas milik ALLAH” terus sudah itu tidak melakukan apa apa untuk menjadikan napas itu ladang ibadah? Rugi banget !! Coba isi napas dengan dzikir, dengan menyebut nama pemiliknya, maka sesungguhnya ALLAH sangat dekat … ini lah yang disebut dengan ALLAH lebih dekat dengan urat leher kita. Kalau cuma sekedar napas tanpa mengingat ALLAH ya emang gak tahu rasanya ALLAH itu dekat, yang ada malah gak terasa kalau ALLAH itu ada
”AKU adalah menurut persangkaan hambaKU, dan AKU bersamanya ketika ia menyebutKU, jika ia menyebutKU dalam dirinya, maka AKU menyebutnya dalam diriKU… Aku bersama hambaKU selama ia mengingatKU dan selama bibirnya masih bergerak menyebut namaKU”
Ketika saya tahu bahwa ALLAH sangat dekat dengan napas saya, harusnya saya tidak gunakan napas saya untuk bermaksiat, untuk menyakiti hati orang lain, bagaimana akan timbul rasa takut kepada ALLAH jika saya tak merasa ALLAH itu ada di dalam setiap helaan napas saya? Bagaimana saya bisa merasa tenang jika setiap helaan napas saya ingat urusan dunia saja?
Padahal menghadirkan ALLAH secara sadar akan membawa saya mengingatkan dialam bawah sadar, ketika tertima musibah saya akan otomatis berucap “innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun“, ketika mendapat kebahagian saya berucap “alhamdulillah“, ketika berbuat salah saya berkata “astaghfirullah“, memulai kehidupan dengan “bismillah“, dan mengagungkan ALLAH dengan “subhanallah“, terasa kan ALLAH hadir?
As simple as that menghadirkan ALLAH dalam setiap helaan napas, pertanyaan selanjutkan ketika kalimat itu tidak keluar dari bibir saya, ketika macet panas saya sebut “setan nih macet banget” ketika ada yang mengusik kebahagiaan saya saya sebut “monyet lo” astagfhirullah, dimana ALLAH saya tempatkan? jadi JANGAN bertanya ALLAH ada dimana? Tapi tanyakan diri kita sudahkah kita menghadirkan ALLAH …
Iya, STOP mempertanyakan kehadiran ALLAH jika kita tidak pernah menghadirkanNYA … malulah sama ALLAH, masa gak tahu ALLAH di mana, padahal napasnya kita pake !!
sumber : http://rinduku.wordpress.com